Rabu, 08 Februari 2012

Sekedar Bercerita

Ingin kutuliskan berbagai hal tapi saat jariku mulai menari di atas keyboard ini, aku mulai terhenti, entah itu gugp atau apa, aku tak tahu. Aku merasa hilang apa yang ingin kuukir di atas kertas putih ini. Tapi akan kucoba mengingat dan mulai merangkai apa yang akan kurangkai dari tiap kata yang kupungut dengan tangan kananku.
        Awalnya kuingin bercerita tentang kehidupanku namun aku sendiri saja bingung harus mengutarakannya dari sudut mana. Lagi pula, terlalu panjang jika harus membicarakan hidupku dari kecil. Walaupun sebenarnya aku ingin sekali membicarakan mengenai kehidupanku karena kupikir, banyak hal yang kualami itu dapat diambil hikmahnya. Tapi jika aku hanya membicarakan kehidupanku, kurasa kalian akan bosan. Bosan sejadi-jadinya. Mungkin kalian akan berpikir, pembicaraan ini tidak menarik atau bahkan tidak penting. Lagi pula, aku sendiri juga tidak akan memaksakan kehendakku untuk membicarakan tentang kehidupanku. Tapi sepertinya, gejolak ini tak bisa disembunyikan lagi dan aku harus mengeluarkannya. Kalian tenang saja. Tidak akan banyak, hanya sedikit. Aku, aku tak tahu bagaimana mencerminkan diriku sendiri sebab lebih baik orang lain yang bisa mengatakan aku ini bagaimana. Hanya saja, aku hanya bisa mengatakan bahwa aku ingin seperti embun yang bisa memberikan kesejukan dan seperti angin yang bisa dirasakan kehadirannya setiap waktu. Cukup itu saja yang dapat kukeluarkan.
        Gejolak itu hanya segelintir dari ribuan gejolak lainnya. Tapi tak apalah. Biarlah kalian yang meneruskannya. Aku akan memulai hal lain. Rasa. Mengenai rasa. Kalian pasti memiliki rasa, termasuk aku. Aku pernah memiliki rasa kesal, kecewa, kagum, sayang, dan sebagainya. Banyak orang banyak pula caranya. Cara tiap orang pasti berbeda ketika memendam sebuah rasa. Ada orang memiliki rasa kecewa pada seseorang, orang tersebut hanya bisa diam dan memendam rasa itu, tidak berani melampiaskan kekecewaannya. Atau mungkin, orang tersebut malah sebaliknya, melampiaskan kekecewaannya dengan cara memarahi orang yang telah mengecewakannya atau pergi ke pantai untuk berkawan ombak laut. Aku juga pernah melihat orang yang melapiaskan kekecewaanya hanya dengan berdiam diri di dalam kamar kemudian mendengar musik. Atau ada juga orang tersebut pergi ke suatu tempat makan kemudian ia memesan makanan kesukaannya dan makanlah ia, dengan begitu kekecewaannya terlampiaskan dengan makanan. Entahlah. Tiap orang berhak melampiaskan rasa yang dimiliki dengan caranya sendiri. Bagaimana dengan kalian?
         Ada rasa kecewa, ada juga rasa sayang. Kita pastinya juga memiliki rasa sayang dan cara melampiaskan rasa itupun berbeda-beda. Betapa bahagianya jika hidup ini diiringi rasa sayang, pastinya akan lebih indah dunia dan lebih berwarna. Kita itu harus sayang pada Sang Pencipta karena Dia telah menciptakan segala sesuatu untuk kita dan Dia tak pernah lelah menemani kita. Kita harus bersyukur atas segala nikmat-Nya. Kita juga pastinya sayang pada kedua orang tua kita karena merekalah kita ada di dunia. Dan mereka juga yang telah membesarkan kita, mengajarkan bagaimana hidup di dunia ini. Mereka juga telah mendidik kita agar menjadi manusia yang beradat dan bermoral. Terima kasih untuk seluruh orang tua yang ada di muka bumi ini, kalian adalah orang tua terhebat. Rasa sayang juga terhadap keluarga karena mereka adalah bagian dari kita. Selain itu, rasa sayang juga pada para sahabat dan orang-orang terdekat. Sahabat itu teman yang bisa dianggap seperti saudara, yang bisa mengerti keadaan kita dan ada di saat suka duka. Tertawa bersama dan menangis bersama. Sangat menenangkan jika bisa bersama selamanya. Dan untuk orang-orang terdekat, bisa dikatakan seperti orang-orang yang berada di sekitar kita. Misalnya guru, mereka juga merupakan orang tua kita di sekolah karena mereka juga mengajarkan kita tentang bagian dunia yang belum kita ketahui. Mereka membimbing dengan sabar dan tak pernah lelah, dan bahkan mereka rela menghabiskan apa yang mereka punya untuk kita. Mungkin ini terlihat terlalu berlebihan tapi inilah kenyataannya sebab aku pernah merasakan sentuhan itu. Terima kasih untuk para guru yang telah berjuang untuk kami anak bangsa.
        Berbicara tentang rasa sayang, ada juga yang memiliki rasa itu pada orang terkasih. Kalian pasti mengerti apa yang aku maksud. Bahkan rasa itu bukan lagi sayang melainkan cinta. Ya rasa cinta. Aku terkadang geli mendengar kata itu. Bukan maksudku untuk menghina atau apa, hanya saja aku tidak terlalu biasa bermain dengan rasa itu (supaya terlihat polos *_^). Cinta. Aku tidak begitu pandai mengartikan rasa itu jika dihubungkan dengan perasaan antara dua insan yang berlawanan jenis. Maaf. Bukanku tak bisa tapi sampai saat ini aku belum bisa mendeteksi apa itu cinta. Kata orang, cinta itu menyatukan dua insan yang saling menyayangi dan saling menerima satu sama lain. Tapi kata orang lagi, itu saja tidak cukup sebab cinta butuh perjuangan dan pengorbanan. Namun di sisi lain, ada hati yang bersuara, cinta itu membutuhkan kejujuran dan ketulusan. Ternyata banyak sekali pandanga tentang cinta. Dan aku masih belum menemukan apa itu cinta menurut versiku sebab ketika cinta menghampiri, aku masih seperti orang bodoh.
          Aku pernah mendengar sedikit rangkaian kata tentang cinta, bunyinya, “ cinta itu datang, sebab aku lelaki dan kau perempuan, duduk tak lebih rendah dan berdiri tak lebih tinggi.” Puitis sekali memang. Mungkin ada rangkaian kata yang lebih puitis lagi dari itu. Bisa kita lihat lagi pada puisi cinta yang dibacakan oleh Dian Sastro (pemeran Cinta pada AADC). Begini isinya:

Aku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
Aku lari ke pantai, kemudian teriakku
Sepi-sepi dan sendiri
Aku benci

Aku ingin bingar,
Aku mau di pasar Bosan
Aku dengan penat,Dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika Ku sendiri

Pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh,
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih,
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera

Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai?

Puitis ‘kan? Apalagi ia membawakannya dengan memetikkan jemarinya pada gitar. Sungguh mempesona. Andai saja aku bisa bermain gitar dengan baik sambil membawakan sebuah puisi. Tapi sudahlah, itu hanya impian sesaat.
        Cinta. Bila kuceritakan mungkin tak ada habisnya dan tak ada ujung. Lain halnya dengan Agnes Monica sebab katanya, “Cintaku di ujung jalan.” Ya begitulah anak muda, selalu sibuk dengan dunia itu. Entah apa yang akan terjadi jika mereka hidup tanpa cinta. Aku berbicara di sini seperti sudah tua sekali rasany padahal sebenarnya aku sendiri pun masih terpincang-pincang menghadapi rasa itu. Masih terombang-ambing oleh perasaan. Masih merasa belum pantas. Masih mencari yang pas. Masih mengoreksi diri sendiri. Masih menata hati. Masihlah pokoknya. Tapi kenapa seakan-akan aku mencurahkan isi hati? Niat aku ini kan hanya sekedar bercerita. Ya tak apalah, hanya sedikit aku mencuri kesempatan biar kalian tau apa yang kurasakan. Kalian pernah disakiti? Aku mendengar jeritan hati kalian bahwa kalian pernah merasakan hal itu. Pasti perih rasanya. Setidaknya aku memiliki teman yang bernasib sama denganku. Maaf sekali lagi, aku telah mencuri kesempatan lagi. Bukan maksudku untuk mengumbar kesakitan tapi aku tidak sengaja. Lagi pula, mungkin secara tak sadar, aku pernah menyakiti orang lain. Maaf untuk orang yang pernah kusakiti, aku tak bermaksud seperti itu. Begitulah cinta. Jika tidak disakiti, malah menyakiti.
          Sepertinya hanya ini yang bisa tulis saat ini. Dan aku merasa kalian sudah bosan juga membaca tulisa yang tak tentu arah ini. Maaf jika rangkaian kata yang kurang berkenan. Untuk mengakhiri tulisan ini, aku artikan cinta itu
C   ~  erita
I   ~  ndah
N   ~  amun
T   ~  erkadang
A   ~  tit


2 komentar:

  1. wah panjang banget nih tulisannya beneran deh :D

    BalasHapus
  2. hehe iyaa nih
    lagi iseng_iseng dan gag nyadar bisa nulis sepanjang itu
    nyambung gag sih?
    :)

    BalasHapus