setiap yang terasa dan teraba –bahkan imajinasi- selalu kuukir
di koridor ini.
Bukan bermaksud memenuhi koridor sehingga terlihat kotor dan
mengganggu kalian, tapi aku hanya ingin koridor ini menjadi sejarah dan akan
terlihat jika ingin dilihat –bisa jadi diamati-.
Secara detail kuurai di sepanjang koridor, apapun itu.
Setiap kisah –yang terukir- punya kunci masing masing sehingga
akan mudah untuk membuat denah langkahku.
Kenapa harus memiliki kunci masing masing? Sebab jika
dipadukan akan berbaur dan sulit memilah kisah mana saja yang (telah) terukir.
Setidaknya dengan adanya kunci, maka akan ada keistimewaan tersendiri pada tiap
kisahnya.
Ada satu kisah yang saat ini sempat membuat “menganga”. Kunci
untuk kisah itu telah saya buat sedemikian rupa sehingga sulit diterka –menurut
saya-
Kisah ini mengenai “masakan” yang telah lama kuracik bahkan
bisa saja disantap. Namun santapan ini bukan sembarang tempat dan waktu, bahkan
ruang.
Terakhir mengukir kisah itu beberapa bulan yang lalu. Dan apa
yang membuat “menganga”?
Kunci untuk kisah itu
entah kenapa digunakan oleh dia –yang sebenarnya termasuk bagian dari kisah
itu-, walaupun memang sedikit –benar benar sedikit- berbeda tapi tetap saja ini
membuat menganga.
Seperti tidak ada orang lain lagi dan seperti tidak ada kunci
yang lain sehingga harus menggunakan kunci yang sama.
Tolonglah, kenapa seperti ini.
Malam, jika kau bisa menjawab segala tanyaku, kenapa harus
bertanya padanya? Namun jika jawaban itu kau serahkan padanya, lebih baik cukup
menyimpan pertanyaannya saja. Cukup bagiku.
Jika memang ada rahasia, jangan biarkan terlalu lama
disembunyikan, nanti malah tak sedap lagi.
Tapi.
Atau bisa saja, dia memang memiliki kunci itu untuk kisah lain yang tanpa melibatkanku? Ya bisa saja, siapa yang tahu
Ah sudahlah!
Aku bisa apa