kutemukan sebuah desa terpencil. penduduknya masih suka berkebun dan merawat sawah ladang mereka. bagus kelihatannya. namun ada kejanggalan.
memang baik adatnya jika anak membantu orang tua. tapi apa harus sampai larut malam hingga tak ada lagi waktunya untuk belajar? apa harus merelakan waktu sekolah?
pernah kudekati seorang bocah, kuajak tuk beranjak dari sana dan kembali meraih cita_cita. namun apa daya, yang kudapat hanyalah ribuan kalimat yang tak tentu arah dari mereka, mereka yang mengaku orang tua. entah apa yang ada dalam pikiranku dan mereka. aku hanya ingin bocah_bocah itu bisa meraih apa yang diinginkan, berusaha menjadi apa yang terbaik buat hidupnya dan menjadikan desa mereka semakin maju. hanya itu.
lantas, kenapa aku dituduh tak mengerti?
mereka bilang, jika bukan bocah itu, siapa lagi yang akan membantu mereka mengurusi sawah ladang mereka? mereka perlu mengisi kekosongan perut.
aku tau, mereka butuh sesuap nasi. tapi apa layak bocah_bocah dibiarkan terus_menerus membantu orang tuanya hingga tak tersisa lagi nafas tuk menorehkan pada buku?
sulit dimengerti pola pokir mereka
Jumat, 29 April 2011
Rabu, 27 April 2011
jangan perlakukan saya seperti itu
saya tidak akan melawan
jika anda menyerang saya dahulu
jangan buat saya
tidak suka dengan pekerjaan ini
atau bahkan keluar dari pekerjaan ini
sebab saya butuh pekerjaan
sangat butuh
untuk bisa dapat bertahan
tolong
lihat saya
di sini
saya yang hampir tidak bernyawa
dalam pekerjaan ini
saya tidak akan melawan
jika anda menyerang saya dahulu
jangan buat saya
tidak suka dengan pekerjaan ini
atau bahkan keluar dari pekerjaan ini
sebab saya butuh pekerjaan
sangat butuh
untuk bisa dapat bertahan
tolong
lihat saya
di sini
saya yang hampir tidak bernyawa
dalam pekerjaan ini
Senin, 18 April 2011
Tetap Melangkah
Kawan, empat puluh satu ribu sembilan ratus empat puluh lamanya
kita melangkahkan kaki bersama
gula dan garam kita cicipi dengan lidah masing-masing
terkadang kaki kita tak sejalan
tangan tak sama
nyanyian dengan vibra yang berbeda
membuat kita tertawa pada akhirnya
kini,
tetap saja kita melangkah
terus melangkah
menuju dunia kebersamaan
kita melangkahkan kaki bersama
gula dan garam kita cicipi dengan lidah masing-masing
terkadang kaki kita tak sejalan
tangan tak sama
nyanyian dengan vibra yang berbeda
membuat kita tertawa pada akhirnya
kini,
tetap saja kita melangkah
terus melangkah
menuju dunia kebersamaan
Masih Ada Ruang, Ibu
Ibu,
sejak aku melihat garis khatulistiwa
kau buatkan pondok untukku
kau bangun dengan pondasi kasih
berdindingkan kehangatan dengan atap kesejukan
dan kau hiasi dengan taman kerinduan
ketika hanya jangkrik yang bernyanyi
kau dekap aku
"Nak, kelak nanti kau akan menemukan dan merasakan ruang elok buatmu"
bukan hanya aku tapi juga kau ibu
masih ada ruang untukmu
tuk kau rebahkan kelelahanmu
kini, biarkan aku
bermain dengan sahabat-sahabatmu
dan biarkan aku
memberikan warna pada pondok ini
dan kubiarkan kau
merasakan dunia yang pernah kau ajarkan padaku
dunia yang katamu pasti akan kudapatkan
dan membuat hidupku lebih bermakna
sejak aku melihat garis khatulistiwa
kau buatkan pondok untukku
kau bangun dengan pondasi kasih
berdindingkan kehangatan dengan atap kesejukan
dan kau hiasi dengan taman kerinduan
ketika hanya jangkrik yang bernyanyi
kau dekap aku
"Nak, kelak nanti kau akan menemukan dan merasakan ruang elok buatmu"
bukan hanya aku tapi juga kau ibu
masih ada ruang untukmu
tuk kau rebahkan kelelahanmu
kini, biarkan aku
bermain dengan sahabat-sahabatmu
dan biarkan aku
memberikan warna pada pondok ini
dan kubiarkan kau
merasakan dunia yang pernah kau ajarkan padaku
dunia yang katamu pasti akan kudapatkan
dan membuat hidupku lebih bermakna
Jumat, 08 April 2011
Rabu, 06 April 2011
Tayangan Kecil Negriku
konstitusi dilelang
angso duo ramai
sepanjang kota baru-arizona
berlari menentang jarum jam
sedang telanai
sibuk melahirkan cendekiawan
‘tuk bertemu leninisme
angso duo ramai
sepanjang kota baru-arizona
berlari menentang jarum jam
sedang telanai
sibuk melahirkan cendekiawan
‘tuk bertemu leninisme
Gerimis Lagi
aku diterpa gerimis ini lagi
gerimis yang tak mampu
mengeringkan intan yang pernah kau buat untukku
gerimis yang terus membasahi perban putihku
gerimis yang selalu saja datang
gerimis yang tak mampu
mengeringkan intan yang pernah kau buat untukku
gerimis yang terus membasahi perban putihku
gerimis yang selalu saja datang
Langganan:
Postingan (Atom)