kutemukan sebuah desa terpencil. penduduknya masih suka berkebun dan merawat sawah ladang mereka. bagus kelihatannya. namun ada kejanggalan.
memang baik adatnya jika anak membantu orang tua. tapi apa harus sampai larut malam hingga tak ada lagi waktunya untuk belajar? apa harus merelakan waktu sekolah?
pernah kudekati seorang bocah, kuajak tuk beranjak dari sana dan kembali meraih cita_cita. namun apa daya, yang kudapat hanyalah ribuan kalimat yang tak tentu arah dari mereka, mereka yang mengaku orang tua. entah apa yang ada dalam pikiranku dan mereka. aku hanya ingin bocah_bocah itu bisa meraih apa yang diinginkan, berusaha menjadi apa yang terbaik buat hidupnya dan menjadikan desa mereka semakin maju. hanya itu.
lantas, kenapa aku dituduh tak mengerti?
mereka bilang, jika bukan bocah itu, siapa lagi yang akan membantu mereka mengurusi sawah ladang mereka? mereka perlu mengisi kekosongan perut.
aku tau, mereka butuh sesuap nasi. tapi apa layak bocah_bocah dibiarkan terus_menerus membantu orang tuanya hingga tak tersisa lagi nafas tuk menorehkan pada buku?
sulit dimengerti pola pokir mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar