Sabtu, 12 November 2011

Dunia Akhir, 2011

Tok tok tok tok tok. Begitulah ibu mengetuk pintu kamarku. Makin lama makin cepat. Cepat sekali seperti dunia yang saat ini kujalani. “Iya Bu, sudah bangun,” begitu sahutku. “Cepat ibu tunggu di meja makan”. Ketukan dan suara ibu mengejutkan. Inginnya masih bermain dengan guling. Stop. Aku tak boleh seperti ini lagi. Sudah cukup kebiasaan ini kulakukan hingga aku mampu bertahan di dalam kampus. Bertahun-tahun.

2011, tahun kedua aku berusaha untuk memisahkan diri dari kampus. Tahun pertama gagal karena aku terbata-bata, seperti anak kelas 1 SD yang baru belajar mengeja kata-kata yang tertera di papan tulis, ketika menjawab pertanyaan dari tim penguji. Entah itu grogi atau kurang mengerti apa yang ditanyakan. Entahlah. Saat itu aku seperti tidak sadar. Dan tahun kedua ini harus bisa. Jika tidak, aku akan menjadi orang yang teramat abadi di kampus. “Halo penghuni,” itulah sapaan dari tiap makhluk kampus yang akan kudengar. Dan aku tak mau. Sia-sia saja aku berada di kampus selama ini, dan itu artinya mencicipi uang pemberian orang tua tanpa meninggalkan rasa sedikitpun. Pastinya, ini akan menjadi dunia akhir bagiku.

“Aduh!” kataku sambil mengusap-usap kepala. Entah dari mana datangnya spidol ini. Kulihat keadaan sekitar. Pepohonan masih saja hijau dan rindang, serta daun-daun melambai bersama angin. Jalanan masih saja ramai dipadati. Cuaca hari ini masih cerah seperti tadi pagi. Tapi kenapa ada yang terasa janggal? Ada sedikit perubahan. Kenapa aku sendiri di sini? Kemana yang lain? Tim penguji? “Permisi dek, kok ruangannya kosong ya?” tanyaku sambil menunjuk ruangan, di depanku, pada adik tingkat yang melewatiku. “Oh iya kak, sekitar 15 menit yang lalu ujiannya sudah selesai. Saya duluan ya, kak,” begitu jawaban singkatnya, kemudian berlalu. Apa? Sudah selesai?
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar