Aku tepat berada di belakangmu. Tangan kiriku masih belum berfungsi dengan baik. Seluruh badan ini masih merasa belum sanggup melihat keramaian. Saat itu aku masih terkulai lemah dan kau menjadi malaikatku. Kau memberikan tumpangan pada aku yang tak mampu membawa diri sendiri. Pada aku yang pincang. Dan pada aku yang belum bisa mengendalikan waktu.
Kita berbicara tentang tulisan-tulisan yang akan kita lakukan. Aku berusaha menjadi pembicara dan pendengar yang baik untukmu, begitu juga sebaliknya. Aku tahu, kau adalah orang yang mau menerima tangan ini tanpa melihat siapa aku. Tanpa mendengar suaraku. Karena kau sepertinya memang malaikat untukku.
Saat itu gerimis menemani perjalanan kita. Dan aku menikmatinya. Aku tidak perlu menaikkan dagu. Tak perlu lagi bertegak pinggang. Tak perlu berkoar-koar karena gerimis lebih tahu. Lebih tahu apa yang kurasakan saat ini. Gerimis lebih tahu bagaimana membuatku mengembangkan bibir. Gerimis lebih tahu keadaan yang sejuk untukku. Lebih tahu keadaan yang mau menerima kepincanganku. Gerimis lebih tahu yang terbaik untukku.
Gerimis, terima kasih untuk sebagian ruangmu yang kau pinjam untukku dan dia. Untuk keadaan yang sungguh kunikmati saat itu. Untuk caramu membuatku kagum dengan dekorasi yang indah. Dan terima kasih untuk perlakuanmu kepada aku dan dia, karena gerimis lebih tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar