Saat aku sudah lelah
dengan berbagai aktifitas, pastinya aku memilih istirahat agar raga ini bisa
bernafas sejenak –mungkin semua orang juga melakukan hal itu, terkecuali pada
orang yang tidak memikirkan kesehatannya– dan saat itu juga kenangan itu
mengelilingiku –saat aku dan kamu masih bersama–
Bayanganmu (masih)
di sini
Satu tahun. Ya
kurang lebih satu tahun telah berlalu dengan kesendirian dan tidak ada lagi “kita”.
Satu tahun memang telah berlalu tapi kau tahu tidak bagaimana satu tahun itu?
Kenangan aku dan kamu masih saja terlintas –dan sempat-sempatnya aku tersenyum–
Saat kamu mengatakan
bahwa “lebih baik berteman”, aku lebih memilih diam. Diam untuk memahami
kondisi. Diam untuk mengerti pernyataan-pernyataanmu. Diam untuk mengatur
nafas. Diam untuk membongkar gubuk yang sudah kubangun –gubuk untuk aku dan
kamu–. Diam untuk bisa tahu bagaimana cara agar bisa tersenyum padamu, lagi.
Perkenalan,
pendekatan, dan kebersamaan waktu itu memang terasa cepat –seperti makan bakso–
tetapi kenapa menghapus kamu begitu terasa lama –seperti mentari berganti
bulan–
Setelah satu tahun
–vakum menyapamu–, aku mencoba untuk memberi sedikit ruang untuk kamu sebagai
teman –sesuai permintaan kamu–. Dan harapanku, dengan sedikit keterbukaan itu,
bisa membuat kenangan itu menjauh.
Lantas yang kudapat?
Bayanganmu (masih)
disini
Aku bukannya ingin
memusnahkan kenangan yang telah terjalin –tapi setidaknya tidak hadir setiap
saat– karena aku sadar, dari setiap peristiwa itu memiliki keistimewaan tersendiri
dan itu merupakan sesuatu yang harus bisa didokumentasikan dalam sini.
Dan yang paling
membuatku takut, dengan adanya bayanganmu –yang selalu hadir di sini–, akan
membuat aku salah tingkah padamu dan ingin menarik perhatianmu. Kalau sudah
begitu, nanti pikiranku malah ingin kembali padamu, sedangkan kamu tidak
menyetujuinya.
Tolonglah, pada
bayangan –yang selalu datang–, berikan kesempatan padaku untuk mencari pondasi
lain sehingga gubukku nanti tidak akan terbongkar –atau pun hancur–, lagi.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusohh yaa? *kedip kedip #KarnaKelilipan
Hapusmakasi bg dah mampir :)
Jangan takut untuk membangun kembali pondasi yang dengan mudahnya di robohkan. Hanya dengan beberapa kata yang keluar dari mulutnya, tidak membuat kita hancur. Kita bisa kok hidup sendiri. hihihi.. malah banyak omong. Maaf ya.. lagi blogwalking terus baca kejadian yang mirip-mirip sama pengalaman aku, salam kenal. Mampir juga ya ke blog akau :)
BalasHapusyap, asalkan dpt bahan bahan, langsung dah bangun lagi.
Hapusgpp kali, slm kenal jugaa
makasi udh mampir :))
*segera meluncurr