Coffe Cafe. Di sini setelah tiga tahun lamanya.
"Kak Rando?"
Terperanjat melihatnya. Dia cinta dalam diamku.
Dia sudah beristri dan kau harus ingat, Tasya.
Tiga tahun tertatih menghapusnya. Sekarang ia tersenyum. Duduk di hadapanku.
"Rasa kopinya masih sama. Pahit sedikit," kataku.
"Sama itu tidak ada pahit sedikit."
Kami tertawa.
"Apa kabar kak Aini?"
Hubungannya kandas sebulan menjelang pernikahannya, dua tahun lalu. Sejak kepergianku ke Jerman, rasanya mau lenyap. Begitu ungkapnya.
"Katanya sudah mantap dengan kak Aini. Sekarang mau apa?"
"Tak mau apa-apa. Hanya ke sini. Bertemu kamu. Lalu Tuhan menawarkanmu padaku. Lantas harus aku lewatkan begitu saja?"
Penantianku berbuah.
***
Tema: Warung Kopi dan bikin kisah romantis.
endingnya maniiss :')
BalasHapusMakasi ;)
Hapusaku gagal paham. :|
BalasHapusKurang romantis. :|
BalasHapusSelain itu, aku butuh baca berulang-ulang untuk paham jalan ceritanya. Alurnya terlalu meloncat-loncat.
Maaf kalau terlalu cerewet ya, Put. (>,< )
Tetap semangat!
Hehe okeh, Han.
HapusKarna terlalu maksa kali yaa.
Sip makasi.
Semangat! ;)
Gitu ya, Van?
BalasHapus*ngelus tembok*