Posting kali ini gue bakal ngebahas tentang “Teknik Menulis Populer Kreatif”. Kenapa gue ngomongin tentang ini? Karena gue abis dateng ke acara workshop tentang itu. Pembicaranya yaitu Meyliana K. Tansri. Beliau itu salah satu penulis ternama di Jambi. Beruntung banget gue bisa ngadirin workshop itu. Thank God.
O iya, workshop ini tuh acaranya tanggal 16 Maret 2012, hari jumat kemaren. Dan gue baru bisa posting sekarang. *gag update banget gue
Yasudahlah, karena tuntutan kampus lebih penting, jadi masalah blog_blog, sedikit gue singkirkan dulu. Dan sekarang gue kembali dengan keadaan tertatih-tatih. *ya sudah lupakan saja
*kembali ke workshop
Acara ini tuh diadain sama #akberjambi dan gue beruntung bisa nemuin #akberjambi. Gimana gag beruntung coba? Di #akberjambi, gue bisa nambah ilmu plus nambah temen.
Acaranya dimulai jam 16.00 wib di Keiko Jambi. Gue dateng ke sana, ternyata udah mulai. Tapi belum mulai pembicaranya yang ngomong karna yang ngomong baru pembawa acaranya aja. Dan gag berlama-lama, mbak Meyliana mulai beraksi.
Yang bisa gue tangkep dari pembicaraannya yaitu menulis itu cara komunikasi yang santun, terpelajar, dan unik. Tanpa disadari bahwa dengan menulis, kita itu mengasah kemampuan logis, analitis, dan kognitif sehingga bisa meningkatkan kecerdasan.
Bekal yang harus dimiliki seorang penulis ialah ilmu, wawasan, dan bakat. Penulis handal sekalipun harus mematuhi tata tertib menulis. Ilmu tidak terbatas oleh tingginya pendidikan. Wawasan bisa saja lebih luas dari sekolah karena wawasan bisa didapat dari berbagai sumber. Dunia akan lebih terbuka jika wawasan luas. Mengenai bakat, tidak semua orang memiliki bakat. Jadi jika orang punya bakat tapi tidak berusaha, itu lebih baik ke laut aja :D
Karangan itu terbagi menjadi nonfiksi dan fiksi. Nonfiksi terbagi lagi menjadi empat, yaitu prosa narasi, prosa deskriptif, prosa persuasi, dan prosa argumentasi. Sedangkan fiksi terbagi menjadi dua, yaitu puisi dan prosa. Prosa narasi berupa urutan peristiwa beserta waktu terjadinya. Prosa deskriptif berupa paparan penjelasan yang simpulannya berupa rangkuman. Prosa persuasi berupa paparan sebuah gagasan yang simpulannya berupa kesan atau ajakan. Prosa argumentasi berupa paparan sebuah gagasan disertai pendapat yang simpulannya berupa pernyataan atau pertanyaan.
Menulis prosa itu akan lebih mudah kalo kita punya kerangka karangan. Kerangka untuk prosa fiksi ialah pendahuluan, konflik, klimaks, penyelesaian, dan penutup.
Ini nih teknik menulis dari mbak Meiliana. Pertama, pemilihan kata. Pilihlah kata yang santun karena bagaimanapun tulisan kita itu dibaca khalayak ramai dan tentunya harus sopan. Jangan sampai gunain kata-kata yang bisa mengundang kontroversi. *ciee bahasa gue keren amat pakek kontroversi segala :D
Selanjutnya, gunain majas atau gaya bahasa karena dengan adanya majas dalam tulisan bisa membuat tulisan menjadi lebih manis kayak gue. Terus gunain juga analogi atau bentuk-bentuk penyejajaran. Kalau kita bisa menggunakan analogi dengan tepat, maka tulisan kita bisa jadi perkakas sastra yang efektif. Dan tentunya memiliki plot atau alur dan sudut pandang. Alur itu ada yang maju, mundur, dan maju-mundur. Sudut pandang itu ada sudut pandang orang pertama, ketiga, dsb. Nah, ini nih yang paling penting, JUDUL. Judul jangan panjang-panjang amat, amat aja gag panjang-panjang. Cukup 5-6 kata aja judulnya. Kata mbak Mei itu, “Judul harus menjual, harus menarik, bombastis. Tapi jangan terlampau lebay, hehe”. Yaa seengaknya, judul itu bisa buat pembaca ingin tau dgn jalan ceritanya.
Kalo karangan udah selesai, bukan berarti selesai gitu aja. Tapi masih ada proses lagi, yaitu editing dan proofing. Sebaiknya tulisan kita itu dibaca lagi, terus pangkas aja kalo ada kata-kata yang kurang pas. Dan kalo udah ngerasa bener, baru deh dipublikasiin. Jangan pernah malu untuk mempublikasikan tulisan.
“Jangan disimpen dibalik bantal aja tulisannya,” kata mbak Mei.
Yaah begitulah pembicaraan mbak Mei yang bisa gue jabarin. Tapi gag sebates itu aja. Abis ntuh, mbak Mei mempersilahkan peserta workshop untuk nulis. Terserah mau nulis gimana, yang penting judul besarnya itu “Membuat Kue Tradisional”. Awalnya gue bingung mau nulis apa. Tapi berhubung waktu yang mepet, alhasil gue bisa juga nulis sedikit tentang itu.
Ini nih tulisan pendek gue yang judulnya “Ketiga di Ketiga”
Ketiga di Ketiga
Minggu ketiga di bulan Maret, waktunya membuat kue tradisional bersama Yutsa dan Ritri. Kegiatan ini biasa kami lakukan setiap bulan, bahkan dalam sebulan bisa dua atau tiga kali. Kegiatan ini ide dari Yutsa. Ide gila, pikirku. Ya, Yutsa memang gila. Bayangkan saja, aku tidak suka. Bukan. Bukannya aku tak menyukai kue. Kalian jangan piker aku tidak menyukai kue. Kalian salah. Yang aku maksud, aku tidak menyukai kegiatan ini, membuat kue. Dan sekarang, kalian boleh tertawa terpingkal-pingkal karena aku seorang perempuan yang tidak suka dengan hal yang berbau pembuatan kue, apapun itu. Aku siap untuk ditertawakan.
Baiklah, aku sudah berada di depan rumah Ritri. Sepeda motor Yutsa telah ada di samping Jazznya Ritri, dan Yutsa pastinya telah siap untuk berdongeng esok hari. Dan sekarang aku telah di hadapan Yutsa dan Ritri. Menarik nafas pelan-pelan dan tersenyum pada mereka.
Gimana tulisan singkat gue?
Biasa aja yaa?
Yaa apapun pendapat kalian, gue mah terima aja :D
sekali lagi, makasi buat #akberjambi,
gue tunggu kelas berikutnya
berbagi bikin happy
gue tunggu kelas berikutnya
berbagi bikin happy
^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar